Kalau Lalu lintas dua arah bisa jadi akan ada hambatan atau kemacetan, hal ini bisa jadi dikarenakan jalanan yang padat
kendaraanbatau ada faktor lain yang diluar kebiasaan.
Tetapi, tidak demikian dengan komunikasi. Komunikasi dua arah justru
memperlancar hubungan di berbagai bidang, baik di tempat kerja maupun didalam kehidupan nyata. Untuk membangun
komunikasi dua arah memang perlu extra
kepedulian dan pengetahuan kita.
PERLUKAH KOMUNIKASI DUA ARAH?
Mari kita coba jawab dengan baik beberapa pertanyaan
berikut yang merupakan signal untuk mengetahui apakah Anda memang perlu
membangun komunikasi dua arah,
• Apakah Team kita atau bawahan kita
sering datang kepada kita dan secara nyaman menyampaikan”unek-unek” atau “pendapat” mereka?.
• Apakah kita
dan team kitaa mampu untuk saling menerima kritik tanpa mengambil sikap defensive atau berfikiran negatif ?.
• Apakah kita tahu
rasa frustrasi, masalah, keinginan, minat dari anggota
team
kita?.
• Apakah kita
sering menanyakan pendapat atau masukan dari anggota team
tentang suatu keputusan yang akan kita
ambil?
• Apakah dalam
rapat dengan team, ada kebebasan menyatakan pendapat,
memberi usulan dan saran?
Jika
sebagian besar jawaban dari pertanyaan diatas adalah ”tidak”, maka sudah saat nya kita sangat perlu membangun
komunikasi dua arah. Namun, jika sebaliknya, jawaban kita
kebanyakan adalah ”Ya”, artinya kita sudah cukup sukses dalam memupuk
terjadinya komunikasi dua arah. Sekedar untuk Refresh tidak
ada salahnya untuk memperhatikan beberapa kendala komunikasi dan
usulan strategi komunikasi berikut.
HAMBATAN ATAU KENDALA
KOMUNIKASI
Protectiveness (Perlindungan).
Kita seringkali tidak memberitahukan
informasi tertentu pada team kita atau karyawan kita
karena kita terlalu berfikir sempit
yakni takut
akan menyinggung atau bahkan menyakiti hati
karyawan. Alasan lain adalah bahwa kita
menganggap bahwa informasi tersebut harus dirahasiakan, dan
bukan untuk konsumsi team / karyawan karena karyawan belum saat nya tahu atau mereka tidak akan mungkin mengerti apa
yang akan disampaikan. Sebalik nya demikian pula dengan team kita / karyawan, mereka sering tidak menyampaikan informasi
tertentu kepada kita dengan alasan untuk
melindungi dirinya dari tindakan pemecatan atau peringatan. Mereka takut jika informasi
disampaikan maka kita akan marah, lalu mendiskreditkan
mereka, memberikan penilaian yang negatif terhadap mereka, atau bahkan yang
paling ekstrem adalah melakukan demosi bahkan pemecatan terhadap mereka.
Defensiveness (Pertahanan).
Selain
menahan informasi, team kita / karyawan kita juga bisa saja
tidak mau menerima informasi (menolak untuk mendengar informasi yang
disampaikan). Hal ini terjadi jika mereka sudah membentuk emosi negatif
terhadap orang yang memberi informasi, mungkin karena orang tersebut telah
merendahkan dengan kata-kata yang menyakitkan. Hal ini membuat mereka merasa tertekan dan ”diserang”,
sehingga secara alami, orang yang merasa diserang tersebut membangun benteng
pertahanan dengan menahan informasi yang masuk. Ia menganggap informasi tersebut
juga akan membuatnya sakit hati. Misalnya saja ada Pak Ageftry
yang memberi komentar kurang baik tentang prestasi seorang anak buahnya. Anak
buah Pak Ageftry cenderung merasa bahwa masukan tersebut
”menyerang” harga dirinya, egonya, dan kualitas kerjanya. Padahal sebenarnya
Pak Ageftry hanya ingin memberikan masukan untuk
perbaikan, tetapi masukan ini disampaikan dengan kata-kata yang tidak
dipikirkan dulu dalam etika dan proses penyampaiannya.
Ketika merasa diserang maka anak buah Pak Ageftry
cenderung akan marah, menolak dan menutup ”telinga” terhadap informasi
lainnya yang mungkin saja berguna untuknya.
Tendency to evaluate (Kecenderungan untuk
menghakimi).
Jika
mendapat informasi dari seseorang mengenai keburukan orang lain, kita
cenderung mengambil sikap yang mengevaluasi tanpa mengumpulkan data yang
lengkap sebelum berkomunikasi dengan orang yang dibicarakan tersebut. Karena
terpengaruh oleh pandangan satu orang, kita akan
langsung membentuk opini tertentu dan mengambil keputusan sepihak tanpa
melibatkan orang-orang yang terkait, dan tanpa mengumpulkan fakta lapangan yang
cukup. Ini bukanlah merupakan komunikasi dua arah, tetapi komunikasi satu arah,
atau bahkan bisa dikatakan bahwa tidak terjadi komunikasi sama sekali.
Narrow perspectives (Perspektif yang sempit).
Karena
jarang meninjau pekerjaan orang lain, atau keluar dari lingkungan pekerjaan
sendiri, seseorang seringkali dibatasi pada cara pandangnya sendiri. Ia tidak
mencoba melihat dari sudut pandang orang lain. Bagi kita yang sering mengambil
keputusan besar yang menyangkut keputusan keuangan dan strategi operasional
secara umum, seringkali tidak mempertimbangkan detail pelaksanaan pekerjaan dan
sudut pandang team kita atau para pekerja kita.
Sebaliknya, para karyawan, seringkali hanya melihat suatu masalah dari sudut
pandangnya sendiri (kepentingan individunya semata, tanpa mencoba memahami
sebuah situasi dari sudut pandang yang berbeda). Sempit nya perspektif inilah
yang sering menyebabkan konflik, tiap orang
hanya melihat dari sudut pandang sendiri, dan tidak mencoba memahami orang lain.
Sebagai contoh, keputusan seorang pemimpin untuk membatasi percakapan telepon
selama tiga menit saja, dianggap sebagai keputusan yang tidak populer, apalagi
untuk bagian marketing yang sering kali menggunakan telepon untuk berhubungan
dengan calon pelanggan atau pelanggan yang ada.
Mismatched expectations.
Peter Drucker
mengatakan bahwa pikiran manusia seringkali hanya membatasi informasi yang
cocok dengan ekspektasi nya Jika, ternyata informasi yang disampaikan tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan, maka orang tersebut cenderung tidak
ter motivasi untuk mendengarkan informasi yang disampaikan. Misalnya: jika dalam
rapat-rapat ternyata seringkali tanggapan nya tidak diperhatikan, maka karyawan
cenderung enggan menyatakan pendapat, karena ia beranggapan percuma saja
menyampaikan pendapat, karena biasanya juga tidak ada follow-up-nya. Demikian
pula dengan pimpinan, yang sering mendengarkan pendapat karyawan yang
dianggapnya tidak relevan dengan keputusan yang akan diambil. Pimpinan tersebut
cenderung tidak mendengarkan pendapat dari orang tersebut di waktu-waktu yang
berikutnya.
Insufficient time.
Di lain sisi, alasan lain adalah keterbatasan
waktu untuk menyampaikan informasi secara menyeluruh. Karena kegiatan rutin kita yang
harus diselesaikan dengan segera, seringkali waktu berkomunikasi dilupakan atau terabaikan dan bisa juga komunikasi dilakukan dengan
tergesa-gesa. Akibatnya, informasi yang disampaikan
kepada orang lain pun tidak lengkap atau hanya ditangkap setengah-setengah atau tidak komplit. Dampaknya
adalah kemungkinan
informasi tersebut salah dipahami.
MEMBANGUN
KOMUNIKASI DUA ARAH
Nah kita sudah memahami berbagai kendala yang bisa menghambat
terjadinya komunikasi dua arah, tentu kita
akan lebih mudah untuk menyusun strategi guna membangun komunikasi dua arah
tersebut. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa dicoba.
Mendengar.
Dalam
komunikasi dua arah, sejatinya akan ada orang yang
berbicara, dan ada orang yang mendengar. Yang sering terjadi
adalah tiap pihak saling menunggu kesempatan untuk berbicara tanpa meluangkan
waktu untuk mendengar apa yang disampaikan pihak lain.
Seringkali, banyak permasalahan dapat terselesaikan justru bukan karena
seseorang menjadi pembicara yang handal, melainkan karena ia bersedia memahami orang
lain dengan cara mendengarkan dengan seksama
apa yang disampaikan (keluhan, masalah, keinginan, harapan). Informasi yang
didengar inilah yang bisa dijadikan dasar untuk menentukan langkah selanjutnya
untuk menyelesaikan masalah.
Terbuka.
Untuk
mendorong tiap pihak untuk saling terbuka, kita
hendaknya tidak memberikan penilaian buruk apalagi menghukum
orang yang menyampaikan pendapat, masalah, atau perasaannya. Keterbukaan bisa
juga dibuatkan wadah nya, yaitu melalui bulletin board, kotak saran, atau media
antar karyawan. Karyawan yang menyampaikan
pendapat atau ide yang bisa dimanfaatkan perusahaan, bisa diberikan hadiah,
atau penghargaan. Demikian juga dengan karyawan yang bisa mengidentifikasi atau
mengantisipasi masalah serta mengusulkan alternatif pemecahannya.
Menyamakan persepsi.
Komunikasi
dua arah sering terhambat karena adanya perbedaan persepsi terhadap suatu
masalah karena berbeda nya sudut pandang atau pola fikir.
Dengan demikian, dalam berkomunikasi, ada baiknya disampaikan juga latar
belakang pemikiran dari ide yang disampaikan, sehingga orang lain juga bisa memiliki
persepsi yang sama, berangkat dari persepsi yang sama, atau paling tidak
memahami persepsi orang yang menyampaikan informasi tersebut. Jika pemahaman
sudah ter galang, maka komunikasi dua arah akan lebih mudah mengalir.
Komunikasi empat mata.
Banyak
juga karyawan yang enggan menyampaikan pendapat karena sungkan berbicara di
hadapan banyak orang, padahal mungkin saja karyawan tersebut memiliki ide yang
brilian. Kita bisa mencoba melakukan komunikasi dua arah terhadap anak buahnya
secara reguler untuk memahami kebutuhan, ekspektasi, masalah mereka. Dengan
komunikasi empat mata, bawahan mungkin saja lebih nyaman menyatakan pendapat
atau menyampaikan permasalahan yang ditemuinya di lapangan. Jadi, komunikasi
empat mata penting juga untuk dilakukan dengan lebih sering,
tidak hanya ketika melakukan evaluasi kerja tahunan.
Comments
Post a Comment